Kisah Made’s Warung Bertahan Setengah Abad Mempertemukan Bangsa-bangsa di Dunia
GOOGLE NEWS
BERITABADUNG.ID, KUTA.
Made’s Warung kini memasuki usia 54 tahun! Apa rahasia penting sebuah warung “tradisional” Bali, hingga bertahan sampai lebih dari setengah abad? Pada tahun 1969 Ni Made Masih, mewarisi sebuah warung kecil dari orangtuanya.
Warung itu tepat berdiri di tepi jalan sekitar 500 meter dari Pantai Kuta. Menunya tak berbeda dari warung-warung tradisional Bali pada umumnya, yang menyediakan jajanan seperti kopi, pisang goreng, tipat cantok, dan camilan seperti kacangan-kacangan dan kerupuk.
Menurut cerita Ni Made Masih (69), sering dipanggil Bu Made, tahun 1970-an seiring dengan melejitnya Bali sebagai tujuan pariwisata yang eksotik, banyak kaum hippies yang datang sebagai wisatawan di Pantai Kuta.
Setelah para wisatawan puas berjemur sepanjang hari di pantai, mereka kemudian singgah dan makan di Warung Made (nama awal Made’s Warung). Sebagai sebuah warung, dalam pengertian sesungguhnya, makanan-makanan diletakkan di sebuah meja panjang dan para turis duduk di bangku panjang.
Bu Made, yang memiliki kemampuan berbahasa Inggris terbatas berusaha mengajak mengobrol semua tamunya. Dari situ ia mulai tahu selera makanan para turis dari berbagai bangsa itu.
Berbekal informasi dari para turis, Bu Made mulai belajar membuat menu bernama jaffle, yang tak lain adalah roti panggang berisi pisang.
Sebaliknya, para turis tak segan-segan mengajarkan bagaimana caranya membuat jaffle yang sesuai dengan selera mereka.
Komunikasi dua arah dalam prinsip sharing and making terus berjalan dengan sangat baik. Secara perlahan menu-menu yang disajikan Warung Made terus bertambah. Bu Made selalu berorientasi membuat para pelanggannya memperoleh kepuasan dan betah setiap kali singgah di warungnya.
Sharing and making itu juga terjadi antara Ni Made Masih dengan seorang wisatawan asal Belanda bernama Peter Steenbergen.
Menurut Bu Made, Peter mengajarkan banyak hal kepadanya, termasuk memasak menu-menu yang disukai para turis. Namun, begitu Peter mengaku sangat menyukai puding ketan hitam buatan Made.
“Saya menemukan tempat bernama Warung Made di Kuta. Saya sedang duduk di sana dengan sedikit puding ketan hitam dan gado-gado. Di sana ada seorang gadis yang sangat cantik dengan rambut yang panjang...” kata Peter seperti dalam wawancara dengan Expat (2012).
Peter dan Made kemudian menikah tahun 1974. Pernikahan ini ibarat representasi dari pertemuan bangsa-bangsa dari berbagai negara di Warung Made.
Dengan konsep warung, para tamu di Warung Made bisa berbaur dengan tamu lain, yang sama sekali belum dikenalnya.
“Di mana pun ada tempat kosong, bisa diisi dengan siapapun, karena memang ini warung. Di situlah kemudian mereka berkenalan,” kata Bu Made, beberapa hari lalu (Jumat (25/8/2023) di Kuta, Badung.
Di Warung Made kemudian berubah nama menjadi Made’s Warung ketika membuka cabang baru di Seminyak tahun 1996, orang-orang tidak hanya berteman, tetapi juga mengikat janji.
“Sudah banyak pasangan yang ketemunya di Warung Made, kemudian mereka memutuskan untuk menjadi suami-istri,” tutur Bu Made sembari menyebut beberapa nama pasangan.
Pasangan-pasangan ini, tambah Bu Made, umumnya sampai kini menjadi pelanggan tetap Made’s Warung. Made’s Warung telah berkembang ke berbagai tempat seperti Kuta, Seminyak, Benoa, Jakarta, dan Amsterdam.
Restoran ini berkembang seiring dengan kemajuan dunia pariwisata Bali. Meski telah memperkenalkan berbagai kuliner dunia seperti masakan Thailand dan Jepang, Made’s Warung tetap menjadi ikon kuliner Bali. Jika berkunjung ke Bali, para pelanggan tetap mencari menu “tradisional” seperti bubur ketan hitam dan tipat cantok masakan Bu Made.
Seiring berjalannya waktu Made’s Warung menjadi identik dengan perjalanan dunia pariwisata Bali. Made’s Warung kini menjadi salah satu representasi dari Bali. Oleh sebab itu muncul ungkapan, belum lengkap mengujungi Bali jika tidak makan di Warung Made.
Kini Warung Made di Kuta, tetap eksis di tengah-tengah gemuruh pariwisata Bali yang kian modern. Warung ini ibarat ikon kultural yang mengingatkan banyak orang, termasuk para wisatawan, bahwa Bali tumbuh di bawah tali persaudaraan yang kental; menerima siapa saja yang datang sebagai saudara dan teman.
Ikatan semacam inilah yang menjadi rahasia yang membuat Made’s Warung tetap eksis dan bertahan lebih dari setengah abad.
Meski telah menjadi ikonik, Made’s Warung di bawah pengelolaan generasi baru, yang tak lain adalah anak-anak Bu Made, terus merambah dunia kuliner.
Pada perayaan ulang tahun ke-54, akan digelar Made’s Warung Anniversary dengan tema “Flower Power Rendezvous” pada Sabtu, 26 Agustus 2023.
Perayaan ini akan diisi fashion show dari Arturro dan Elice Seymour, serta persembahan tarian klasik Bali dan kontemporer.
“Intinya ini menyimbolkan pertemuan antar generasi: generasi terdahulu dan generasi terkini, di mana Warung Made terus bertumbuh dan berkembang,” ujar Bu Made sembari tidak lupa menambahkan bahwa perayaan anniversary itu juga dilengkapi dengan Indonesian buffet dinner.
Editor: Robby Patria
Reporter: Kontributor Badung