search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Rsi Moksa, Muncul Kelebutan di Pura Beji Batan Gatep
Jumat, 2 Juli 2021, 15:40 WITA Follow
image

beritabali/ist

IKUTI BERITABADUNG.ID DI

GOOGLE NEWS

BERITABADUNG.ID, MENGWI.

Sejarah berdirinya Pura Pura Beji Batan Gatep di Banjar Tambak Sari, Desa Kapal, Mengwi, Badung tidak terlepas dari awal kedatangan seorang Rsi ke tempat tersebut guna melakukan semedi.

Moksanya Rsi tersebut ditandai dengan munculnya kelebutan (sumber mata air) atau dimana Pura Beji Batan Gatep tersebut berdiri saat ini.Adapun nama Rsi yang bersemedi tersebut bernama Bagawan Banu yang mana, konon langsung moksa di areal Pura tersebut. 

"Memang keberadaan Pura Beji Batan Gatep tidak terlepas dari kisah Bagawan Banu keturunan Arya, yang melakukan semedi di areal Pura Pura Beji Batan Gatep dan beliau moksa di Pura Beji Batan Gatep tepat di kelebutan air yang masih mengalir sampai saat ini," paparnya.

Saat ini di Pura Beji Batan Gatep telah memiliki tiga pancoran yang kerap digunakan krama  untuk keperluan mulai melukat dan ada juga nunas untuk keperluan upacara. Adapun Dewa melinggih di Pura tersebut adalah Dewa Wisnu.

Dahulu, menurut Jero Mangku Beji, Kamis (1/7) saat ditemui di kediamanya di Desa Kapal, menyebutkan hanya ada satu sumber kelebutan akan tetapi, setelah mendapat pewisik serta tuntunan dari orang spiritual, maka, disuruhlah agar satu sumber kelebutan tersebut dijadikan beberapa pancoran yang nantinya akan ditunas oleh krama baik untuk melukat ataupun untuk keperluan nunas toya ning."Dulu hanya satu kelebutan saja, tetapi akhirnya dijadikan beberapa pancoran sampai saat ini," jelasnya.

Adapun 3 pancoran tersebut memiliki nama serta fungsi berbeda-beda ada untuk keperluan yakni untuk penglukatan Sudamala, Kelebutan Capuhan dan pancoran Tirta Ning.

"Ada pancoran Toya Ning biasanya ditunas krama untuk rangkaian upakara adat salah satunya mekarya di Pura, Kelebutan Capuhan biasanya dipakai melukat pembersihan diri sedangkan untuk Pancoran Sudamala biasa digunakan krama untuk mebayuh. Paling banyak krama nunas biasanya untuk keperluan upacara," paparnya.

Selain memiliki tiga pancoran, tepat di areal Pura juga ada Lingga Yoni yang ditemukan dari penggalian saat memperbaiki aliran kelebutan dan langsung ditemukan Lingga Yoni tersebut."Ya, memang ada Lingga Yoni di dalam areal Pura yang melinggih Dewa Siwa," katanya.

Pura tersebut hanya diempon oleh keluarga dari Jero Mangku sendiri. Hal tersebut dikarenakan kelebutan tersebut memang berada masih di tanah pribadi. Piodalan Pura Beji Batan Gatep dilakukan pada Buda Kliwon Pegatbuakan tersebut hampir telah didatangi krama dari seluruh Kabupaten Bali.

Menurut Jero Mangku, bagi yang ingin tangkil cukup membawa daksina dan satu bungkak Nyuh Gading. Jika ada krama ingin nunas tirta biasanya tetap mengajak Mangku Beji untuk menghaturkan banten yang dibawa.

Editor: Robby Patria

Reporter: Kontributor Badung



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabadung.id di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Badung.
Ikuti kami