Pura Demung di Desa Adat Semana Disebut Sebagai Persimpangan Ida Bhatari di Pura Batur
GOOGLE NEWS
BERITABADUNG.ID, ABIANSEMAL.
Pura Demung di Desa Adat Semana, Desa Mambal, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung diyakini merupakan persimpangan Bhatari di Pura Batur. Keberadaanya memiliki kisah unik saat kepemimpinan Raja Mengwi Badung.
Menurut cerira turun temurun, Bendesa Adat Desa Semana, I Wayan Suwen menuturkan dikisahkan pada zaman kerajaan Mengwi Badung tersebut sempat Raja diuji oleh penguasa alam gaib di Desa Semana. Dengan berubah wujud seorang wanita cantik dan lanjut siluman dari makhluk gaib tersebut ikut berbaur dengan masyarakat untuk berbelanja ke Pasar Mengwi.
Saat itu konon diceritakan Raja Mengwi sedang bersuka cita. Kemudian secara tidak sengaja dilihatlah siluman dari alam gaib berwujud wanita cantik. Singkat cerita Raja Mengwi akhirnya langsung jatuh hati dan berniat mempersuntingnya.
Karena saat itu Raja memiliki kekuasaan saat itu. Singkat ceritra dibuatlah upacara mejauman, pelaksanaan upacara dikawal oleh patih dari Raja Mengwi saat itu bernama I Gusti Ngurah Mambal yang terkenal sakti.
Selanjutnya dengan menungangi kuda akhirnya Raja dan patih beserta pengiring menuju rumah dari siluman cantik penghuni alam gaib tersebut.
"Akhirnya diceriterakan iring-iringan raja tersebut sampai di salah satu tempat saat ini bernama Pura Demung dengan dikelilingi oleh telaga disebut juga oleh masyarakat batu tikeh. Pura tersebut konon katanya jika dilihat dari alam gaib di lingkari kolam," katanya.
Singkat ceritra saat sampai di tempat tersebut patih bertanya kepada wanita cantik siluman dari alam gaib tersebut apakah sudah bisa digelar banten menjaumnya ditempat yang ditunjuk dari wanita siluman tersebut.
Setelah banten digelar dan disiapkan, akhirnya wanita siluman tersebut memanggil Ibu dari siluman dari alam gaib tersebut.
Alangkah terkejutnya dari kolam tempat wanita siluman tersebut memanggil Ibunya muncullah perwujudan siluman lintah besar seukuran kentungan.
Selanjutnya siluman wanita cantik tersebut melompat ke kolam dimana munculnya siluman lintah tersebut dan dililit lanjut menghilang ikut ke dalam kolam tersebut.
"Akhirnya rakyat yang mengiringi raja saat itu konon diceritrakan sangat ketakutan dan akhirnya berhamburan lari tanpa mengambil banten upakara dan ditinggal begitu saja di tempat tinggal siluman wanita cantik tersebut," ucapnya.
Akhirnya karena patih I Gusti Ngurah Mambal memang sakti saat itu, maka dikutuklah semua banten upakara untuk mejauman tersebut menjadi batu agar tidak dapat digunakan lagi. Termasuk juga jaran atau Kuda ikut menjadi batu selain itu tumpeng dan guling juga akhirnya ikut menjadi batu.
"Memang sampai saat ini masih diyakini kuda yang telah menjadi batu di hari-hari tertentu kadang-kadang menunjukan penampakanya," cetusnya.
Selain itu juga, Gong dalam prosesi upakara menjauman tersebut akhirnya ikut menjadi batu. Dan diyakini oleh masyarakat saat piodalan di Pura Demung tersebut secara niskala sering terdengar ada tabuh gong.
"Anehnya tanguran dari gong tersebut malah didengar oleh masyarakat di desa sebelah, sedangkan masyarakat di Desa kami tidak mendengarnya sama sekali," ujarnya.
Adapun piodalan di pura Demung digelar saat rainan Tumpek Andang yang mana di Pura tersebut hanya ada gedong alit dan pelingih pengabih saja yang diempon oleh 116 KK dua Banjar.
"Pura Demung diyakini oleh masyarakat merupakan pesimpangan Ratu Betari di Pura Batur karena, dari sumber ada kaitan dari Dewi Danu di Pura Batur," tutupnya.
Editor: Robby Patria
Reporter: Tim Liputan