Dengan kondisi kian tidak menentu seperti saat ini, akan sangat sulit membuka perbatasan atau border Bali, terlebih situasi di Jakarta sebagai ibukota negara saat ini sedang melonjak kasus Covid-19.

Untuk meyakinkan gerbang pariwisata bisa dibuka tentu memerlukan komitmen bersama, seandainya lonjakan kasus masih tinggi dan belum tercapainya target vaksinasi yang maksimal dan menuju ke arah Herd Immunity tentu ini akan menjadi kendala untuk membuka Bali.

"Saat ini kondisi Bali sangat memperhatinkan, terlebih sektor penopang kehidupan Bali adalah pariwisata, tentu semakin lama ini terjadi bali akan semakin terpuruk, terlebih anggota kami hidup dari pariwisata, bisa dibayangkan dampaknya," ungkap Wakil Ketua Asosiasi Bartender Indonesia (ABI) Bali, Ida Bagus Gde Cendra Setiawan, Selasa (6/7/2021).

Tentu dalam hal ini, perekonomian masyarakat Bali akan sangat terdampak, tidak hanya itu saja, ini sudah seperti gelombang tsunami yang menghantam Bali sedemikian besarnya meratakan semua lapisan. Karena, lanjutnya, Bali bejananya satu yaitu sektor pariwisata yang mendistribusikan rupiah ke semua sektor, tentu saat ini Bali yang paling sangat terdampak.

"Recovery Bali saat pandemi usai tentu akan sangat memakan waktu dan ini perlu pola rencana yang benar-benar bisa nyata nantinya dirasakan masyarakat Bali," katanya.

Dirinya berharap, pemerintah Bali harus dapat mengambil sikap nyata, bagaimana Bali bisa disupport sepenuhnya oleh pusat di dalam persiapan pembukaan Bali nantinya dan tentu Pemerintah daerah juga harus bekerja cepat dan optimal dalam menyikapi setiap keadaan yang ada, sehingga Bali bisa terpola dalam penanganan covid dengan hasil nyata yang bisa rasakan.

"Tentu ini tidak menjadi tugas pemerintah saja, tapi masyarakat bali pada umumnya juga ikut andil di dalamnya, untuk siap berperang melawan Covid dengan penerapan prokes yang ketat agar lonjakan kasus tidak ada lagi, dan juga mensukseskan vaksin agar 75% masyarakat Bali sudah tervaksin nantinya," pungkasnya.