Penuhi Kebutuhan Hidup, Pengrajin Pelangkiran Berutang Dulu
GOOGLE NEWS
BERITABADUNG.ID, MENGWI.
Salah satu pengrajin pelangkiran di Banjar Celuk, Desa Kapal, Badung, Made Tana mengeluah penjualannya saat ini menurun drastis.
Kondisi ini berbeda dibanding sebelum Pandemi dimana dalam seminggu ia mampu menjual kurang lebih 3 sampai 4 pelangkiran ditambah datangnya pesanan dari daerah lain.
"Permintaan sangat sepi, paling membuat pelangkiran saat ini hanya untuk mengisi warung saja biar terlihat isi barang saja," jelas pengrajin yang telah 15 tahun setia mengeluti usaha pelangkiran.
Sebelum pandemi, lanjutnya, setiap rahinan tertentu pasti ada saja yang membeli atau memesan, dua hingga tiga pelangkiran.
"Dekat-dekat rahinan Purname bisanya banyak membeli. Sekarang, ya lihat saja sendiri begini barangnya," ujarnya.
Selain menjual langsung di gerai, dulu ia juga telah memiliki pelangan tetap dari daerah Gianyar. Adanya Pandemi, akhirnya ikut terdampak penjualannya dan pesanan pun ikut menurun.
"Dari Gianyar dulu saya punya langganan, sekarang sudah tidak ada memesan lagi," ucapnya.
Dalam kondisi saat ini, jika mendapat menjual pelangkiran biasanya langsung dipakai membayar hutang dan makan. Jadi, bisa dikatakan "Nyapeh".
Baca juga:
Pengunjung Pantai Munggu Tetap Pakai Masker
"Untuk makan dan membayar hutang bank saja sudah habis. Seandainya ada laku menjual pelangkiran ini," cetusnya.
Untuk harga satu pelangkiran dijual dengan harga beragam mulai dari, Rp80 ribu sampai Rp200 ribu per pelangkiran. Tidak hanya menjual saja yang sulit, harga bahan baku juga ikut semakin meningkat.
"Harga bahan baku naik juga saat ini mulai dari Kayu dan Cat juga," pungkasnya sembari menambahkan dalam memenuhi kebutuhan hidup terpaksa melakukan hutang dahulu.
Editor: Robby Patria
Reporter: Kontributor Badung