search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Rokok Elektrik vs Rokok Tradisional, Bagaimana Kebijakan Harga Memengaruhi Pilihan Perokok
Rabu, 23 Oktober 2024, 22:27 WITA Follow
image

ilustrasi foto : rokok tembakau (pixabay

IKUTI BERITABADUNG.ID DI

GOOGLE NEWS

BERITABADUNG.ID, BALI.

Indonesian Development Foundation (IDF) telah melakukan penelitian mendalam untuk memahami perilaku dan pengambilan keputusan konsumen terkait rokok tradisional (Combustible Cigarettes/CC) dan rokok elektrik (Electronic Cigarettes/EC), serta keinginan mereka untuk berhenti merokok. 

Studi ini menyoroti faktor-faktor penting yang memengaruhi keputusan perokok, seperti harga rokok, kandungan nikotin, rasa/aroma, dan dampak dari kebijakan pengendalian tembakau.

Ketua IDF, Harris Siagian, menjelaskan bahwa studi ini mengumpulkan data dari 627 responden di seluruh Indonesia, mayoritasnya adalah laki-laki berusia 25-39 tahun yang merokok setiap hari. 

Sebagian besar responden mempertimbangkan untuk berhenti dalam enam bulan ke depan, dengan banyak yang telah menggunakan rokok elektrik sebagai alternatif.

Hasil analisis menunjukkan bahwa harga memiliki pengaruh signifikan terhadap pilihan perokok. Ketika harga rokok tradisional (CC) meningkat, jumlah konsumen yang memilih CC menurun. Hal serupa juga terjadi pada EC, di mana kenaikan harga EC mendorong konsumen untuk berhenti merokok atau beralih ke alternatif lain. 

Menariknya, terdapat elastisitas silang antara CC dan EC, di mana kenaikan harga CC cenderung mendorong konsumen untuk beralih ke EC.

Namun, meskipun harga memengaruhi pilihan perokok, variabel seperti kandungan nikotin dan rasa/aroma tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap keputusan merokok. 

Sebagian besar responden tetap memilih rasa/aroma tembakau dibandingkan varian lainnya, meski produk dengan kandungan nikotin rendah dan sedang lebih disukai dibandingkan yang berkandungan tinggi.

Berdasarkan temuan studi, rokok elektrik (EC) berpotensi menjadi bagian dari strategi Produk Pengurangan Bahaya Tembakau (Tobacco Harm Reduction Products/THRP). EC dapat menjadi alternatif yang menarik secara finansial bagi perokok CC, dengan harga yang lebih kompetitif. 

Dengan demikian, hal ini dapat mempercepat transisi dari CC ke EC dan berpotensi mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi perokok.

Studi IDF juga mendukung temuan sebelumnya yang menyatakan bahwa beralih dari CC ke EC lebih efektif dalam mengurangi risiko kesehatan dibandingkan dengan terapi penggantian nikotin.

 Hal ini penting bagi Indonesia, di mana angka kematian terkait tembakau cukup tinggi, mencapai 132 hingga 200 per 100.000 penduduk.

Tim peneliti IDF, yang dipimpin oleh Felix Handoyo, menyarankan bahwa strategi pengendalian tembakau harus mempertimbangkan kebijakan harga yang tepat, terutama dalam hal cukai. 

Peningkatan cukai pada CC sambil menjaga harga EC tetap kompetitif dapat mendorong perokok untuk beralih dari CC ke EC. 

Alternatif lainnya adalah dengan menetapkan harga batas bawah untuk produk CC agar perokok lebih tertarik pada EC sebagai pilihan transisi.

Namun, kebijakan pengendalian tembakau tidak hanya berhenti pada penyesuaian harga.

Langkah-langkah komprehensif seperti kampanye edukasi publik, program penghentian merokok, dan pembatasan variasi rasa/aroma pada CC dan EC sangat diperlukan untuk mencegah remaja memulai kebiasaan merokok.

Meskipun transisi dari CC ke EC dapat mengurangi risiko kesehatan, terdapat potensi eksternalitas negatif, seperti peredaran produk tembakau ilegal jika harga rokok naik terlalu drastis. 

Oleh karena itu, pemerintah perlu memperkuat pengawasan terhadap peredaran rokok ilegal dan memperketat area-area merokok.

Penelitian ini memberikan wawasan penting bagi pemerintah dalam merancang kebijakan yang tidak hanya efektif dalam mengurangi prevalensi merokok tetapi juga mencegah dampak negatif dari peningkatan harga rokok. 

Kombinasi strategi harga, pengawasan ketat, dan edukasi publik diharapkan dapat mengurangi jumlah perokok secara bertahap dan meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia.

Penelitian ini merupakan langkah penting dalam memahami perilaku perokok Indonesia dan memberikan landasan bagi kebijakan yang lebih efektif dalam mengendalikan konsumsi tembakau serta melindungi kesehatan masyarakat.

Editor: Aka Kresia

Reporter: Tim Liputan



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabadung.id di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Badung.
Ikuti kami